Pemerintah Tiongkok menentang keras usaha Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol untuk meningkatkan tuduhan mata-mata, menilai bahwa hal tersebut mencerminkan perjuangan politik internal negara tersebut. Dalam pidatonya, Yun menyatakan bahwa alasan pemberlakuan darurat militer minggu lalu adalah karena oposisi menghalangi undang-undang yang memungkinkan hukuman bagi orang asing yang melakukan spionase. Ia juga mengutip dua insiden di awal tahun ini di mana agen Tiongkok diduga melakukan survei aset AS dan Korea Selatan dengan drone.
Beijing merespon dengan kekecewaan terhadap komentar Presiden Korea Selatan tersebut. Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, menegaskan bahwa Tiongkok tidak akan berkomentar mengenai urusan dalam negeri Korea Selatan, namun sangat menentang upaya untuk menghubungkan masalah dalam negeri dengan isu yang berkaitan dengan Tiongkok. Mao juga menekankan bahwa belum ada keputusan mengenai kasus yang diangkat oleh Yun, dan pejabat Tiongkok dan Korea Selatan sedang berkomunikasi mengenai masalah tersebut.
Pemerintah Tiongkok juga menekankan pentingnya agar warganya yang berada di luar negeri mematuhi peraturan setempat. Mao mendesak Seoul untuk mengadili warga negara Tiongkok yang dicurigai melakukan spionase. Dia juga menanggapi nasihat Yun mengenai fasilitas tenaga surya buatan Tiongkok dengan menegaskan bahwa industri ramah lingkungan Tiongkok telah memberikan kontribusi dalam memerangi perubahan iklim dan meningkatkan tata kelola lingkungan global.
Pada bulan Juni, tiga warga negara Tiongkok ditangkap karena menggunakan drone untuk memotret kapal induk AS di Korea Selatan, sementara bulan lalu, seorang pria Tiongkok ditahan karena menerbangkan UAV di markas Badan Intelijen Nasional di Seoul. Yun sendiri sedang diselidiki atas tuduhan pemberontakan setelah pemberlakuan darurat militer, dengan pemungutan suara kedua mengenai pemakzulan dijadwalkan pada hari Sabtu di parlemen Korea Selatan. Survei Gallup Korea menunjukkan tingkat dukungan terhadap presiden turun ke rekor terendah 11%, dengan 75% responden mendukung pemakzulan Yun.