Kupat Jembut: Makanan Khas Tradisi Syawalan di Semarang
Lebaran atau Idul Fitri merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di Indonesia. Selain sebagai waktu untuk merayakan kemenangan setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh, Lebaran juga menjadi kesempatan bagi keluarga dan teman-teman untuk berkumpul dan bersilaturahmi.
Salah satu hal yang tak boleh terlewatkan saat Lebaran adalah hidangan khas yang disajikan. Di Indonesia, hampir semua wilayah memiliki hidangan khas Lebaran, seperti ketupat. Namun, ada satu hidangan khas ketupat yang mungkin membuat Anda terkejut jika Anda bisa berbahasa Jawa. Hidangan itu adalah kupat jembut atau ketupat jembut.
Tentu saja, kata “jembut” dalam bahasa Jawa bukanlah merujuk pada rambut kemaluan seperti artinya dalam bahasa Indonesia. Ketupat jembut merupakan makanan khas dari Semarang, Jawa Tengah. Dalam kupat jembut ini terdapat isian taoge atau kecambah di dalamnya. Biasanya, kupat jembut dinikmati dengan opor ayam atau makanan berkuah lainnya.
Kupat jembut juga sering disebut dengan kupat taoge dan sering kali dijual saat perayaan Syawalan di Semarang. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1950-an bagi warga Jaten Cilik, Pedurungan, Semarang sebagai bentuk rasa syukur atas selesainya puasa Ramadan dan puasa 6 hari syawal. Pada saat itu, warga berkumpul di masjid untuk melaksanakan salat subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan doa bersama.
Setelah itu, para warga dewasa yang berada di masjid mendapat pembagian ketupat taoge untuk dimakan secara bersama-sama. Sementara itu, ratusan anak-anak yang telah menunggu di luar juga mendapatkan pembagian ketupat taoge. Suasana pesta Lebaran ketupat ini dimulai dengan suara petasan dan bunyi tiang listrik yang dipukul dari beberapa arah. Anak-anak pun mulai berhamburan untuk berebut ketupat taoge di sepanjang jalan.
Ketupat taoge pada awalnya dibuat sebagai cara untuk menyemarakkan Lebaran Syawal dengan biaya yang terbatas. Sang perintis pada generasi pertama sepakat merayakan Lebaran dengan cara sederhana namun tetap penuh kebersamaan. Filosofi dari isian taoge dan sambal kelapa dalam kupat jembut ini adalah untuk melambangkan kesederhanaan dalam hidup tanpa harus selalu hidup mewah.
Selain itu, kupat jembut ini juga memiliki makna lainnya. Dengan adanya isian dalam kupat jembut dan adanya pembagian kepada anak-anak, hal tersebut melambangkan bahwa antar warga sudah saling melepas kesalahan dan hidup dalam kedamaian serta kebersamaan.
Acara tradisional ini masih terus dilestarikan hingga saat ini dan dilengkapi dengan pembagian sekitar 5.000 ketupat taoge. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.500 ketupat taoge diperebutkan oleh anak-anak dan masyarakat lainnya yang berjumlah sekitar 400 orang. Selain itu, khusus untuk anak-anak juga disediakan ketupat dengan isi uang sebagai bentuk kebahagiaan dalam merayakan Lebaran.
Meskipun ada istilah “ketupat jembut” karena kampung Jaten Cilik lebih religius, warga setempat lebih nyaman menyebutnya sebagai kupat taoge.
Fun Fact dan Cerita Seru
Tahukah Anda bahwa hidangan kupat jembut ini memiliki cerita seru di balik namanya yang unik? Konon, pada zaman dahulu ketika hidangan ini pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Semarang, banyak orang yang penasaran dan bertanya-tanya tentang asal-usul nama “kupat jembut”.
Dalam sebuah cerita rakyat, dikisahkan bahwa pada suatu hari ada seorang pedagang ketupat yang memasarkan produknya di pasar tradisional Semarang. Dia menggandeng putrinya yang baru genap berusia lima tahun untuk membantunya menjual ketupat.
Namun, sang pedagang lupa memberi tahu putrinya tentang nama hidangan ini sehingga sang anak terkejut saat ada pembeli yang bertanya tentang jenis ketupat apa yang dijual oleh mereka. Tanpa berpikir panjang, sang anak spontan menjawab dengan polos bahwa mereka menjual “kupat jembut”.
Kata-kata itu terdengar lucu dan aneh di telinga pembeli, sehingga mereka pun tertawa. Namun, cerita tentang “kupat jembut” ini menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat Semarang dan menjadi topik perbincangan yang seru.
Hingga saat ini, nama “kupat jembut” masih tetap melekat pada hidangan khas Semarang ini karena cerita lucu dari masa lalu tersebut. Meskipun awalnya mungkin terdengar aneh dan memicu tawa, namun hidangan kupat jembut ini tetap populer dan menjadi salah satu ikon kuliner tradisional yang wajib dicoba ketika berkunjung ke Semarang.
Kesimpulan
Kupat jembut atau ketupat jembut merupakan hidangan khas Lebaran yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Meskipun memiliki nama yang unik, namun kupat jembu tetap menjadi favorit bagi warga setempat dan menjadi bagian dari tradisi Syawalan sejak tahun 1950-an.
Dalam acara tradisional ini, para warga berkumpul di masjid untuk salat subuh berjamaah dan melanjutkan dengan doa bersama. Setelah itu, dilakukan pembagian ketupat taoge kepada orang dewasa maupun anak-anak sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur atas selesainya puasa Ramadan.
Cerita seru tentang asal-usul nama “kupat jembut” juga menambah keunikannya dalam budaya Semarang. Meskipun awalnya terdengar aneh dan lucu, namun hidangan ini tetap populer dan menjadi bagian tak terpisahkan dari Lebaran di Semarang.
Jadi, jika Anda mengunjungi Semarang saat Lebaran, jangan lupa mencicipi hidangan khas ini. Selain menikmati cita rasa yang lezat, Anda juga bisa merasakan kehangatan dan kebersamaan dalam tradisi Syawalan yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Baca Juga:
Bacon Adalah