Fakta Seputar Bacon: Jangan Sampai Salah Makan!

Tips Pangan8 Dilihat

Bacon: Lebih dari Sekadar Daging Babi

Halo teman-teman! Kalau kalian pernah belanja di supermarket, pasti pernah nemuin bacon kan? Biasanya bacon ini berbentuk potongan daging tipis yang dibungkus dalam kemasan vakum. Nah, biasanya kita mengasosiasikan bacon dengan daging babi karena memang itu yang umumnya digunakan. Tapi, tahukah kalian bahwa sebenarnya ada versi lain dari bacon? Yuk, kita cari tahu lebih lanjut tentang apa itu bacon!

Sebenarnya, nama “bacon” awalnya diberikan untuk olahan daging babi bagian perut atau punggung babi. Potongan bagian itulah yang kemudian diolah dengan cara digarami dan diasapi sehingga menjadi bacon yang kita kenal sekarang. Biasanya bacon ini sering ditemukan dalam menu sarapan orang-orang di Eropa dan Amerika bersama dengan sosis dan telur.

Tapi siapa sangka, seiring berkembangnya zaman, bacon juga hadir dalam versi berbagai jenis daging lainnya. Salah satu contohnya adalah beef bacon yang terbuat dari daging sapi. Meskipun bentuknya mirip dengan pork bacon (bacon dari daging babi), beef bacon 100% terbuat dari daging sapi tanpa campuran daging babi sama sekali. Warna beef bacon juga lebih cokelat kemerahan dibandingkan dengan pork bacon yang memiliki warna merah muda.

Selain beef bacon, ada juga chicken bacon yang terbuat dari daging ayam. Dalam hal warna dan tekstur, chicken bacaon ini berbeda dengan kedua jenis bacon sebelumnya. Dagingnya berwarna cokelat dan lebih halus karena tidak memiliki serat seperti pada daging sapi dan babi.

Jadi, teman-teman harus hati-hati saat membeli bacon di supermarket ya! Pastikan untuk melihat kemasannya dengan teliti apakah tertulis “pork” (daging babi), “beef” (daging sapi), atau “chicken” (daging ayam). Jika tidak tertera, kita bisa cek daftar bahan atau bertanya langsung pada petugas supermarket untuk memastikannya.

Sekarang, mari kita bahas sedikit mengenai istilah-istilah lain yang terkait dengan daging babi. Sebagaimana yang dikutip dari situs halalmui.org, berikut adalah beberapa istilah makanan yang mengandung daging atau unsur babi:

  1. PIG: Istilah umum untuk seekor babi muda dengan berat kurang dari 50 kg.
  2. PORK: Istilah yang digunakan untuk menyebut daging babi dalam masakan.
  3. SWINE: Istilah yang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan spesies babi.
  4. HOG: Istilah untuk menyebut babi dewasa dengan berat lebih dari 50 kg.
  5. BOAR: Babi liar atau celeng.
  6. LARD: Lemak babi yang digunakan dalam pembuatan minyak masak dan sabun.
  7. BACON: Daging hewan yang disalai, terutama berasal dari babi.
  8. HAM: Daging pada bagian paha babi.

Selain itu, ada juga istilah-istilah lain dalam bahasa-bahasa tertentu yang mengacu pada daging babi. Misalnya, char siu (daging babi barbekyu) dalam kuliner Tiongkok, cu nyuk (daging babi dalam Bahasa Khek/Hakka), rou (babi dalam Bahasa Mandarin), dwaeji (daging babi dalam Bahasa Korea), tonkatsu (irisan daging babi dalam kuliner Jepang), dan masih banyak lagi.

Dengan mengetahui istilah-istilah ini, kita bisa lebih waspada dan berhati-hati saat memilih makanan. Terutama bagi mereka yang ingin menghindari makanan yang mengandung daging babi.

Ilustrasi Pig Beef Photo by Diego Silveira
Ilustrasi Pig Beef Photo by Diego Silveira

Nah, itulah sedikit penjelasan tentang bacon dan istilah-istilah terkait dengan daging babi. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kalian semua! Jangan lupa tetap cek kemasan dengan teliti saat belanja ya!
Baca Juga:
Bacon Adalah

Mengapa Babi Haram dalam Islam?

Dalam Islam, daging babi termasuk dalam kategori makanan yang haram, yaitu sesuatu yang dilarang untuk dikonsumsi oleh umat Muslim. Larangan ini disampaikan secara eksplisit dalam Al-Quran. Berikut adalah penjelasan tentang alasan dan asal-usul daging babi diharamkan dalam Islam.

Dalil Al-Quran tentang Larangan Daging Babi

Beberapa ayat dalam Al-Quran menyebutkan secara tegas bahwa babi adalah makanan yang diharamkan bagi umat Muslim. Salah satunya adalah dalam Surat Al-Baqarah ayat 173:

“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. “

Ayat ini menunjukkan bahwa daging babi termasuk dalam daftar makanan yang dilarang, kecuali dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan nyawa. Selain Surat Al-Baqarah, larangan serupa juga disebutkan dalam ayat-ayat berikut:

  1. Surat Al-Ma’idah ayat 3:
    “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging hewan) yang disembelih bukan atas (nama) Allah…”

  2. Surat An-Nahl ayat 115:
    “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah…”

  3. Surat Al-An’am ayat 145:
    “…daging babi karena ia najis…”

Alasan Diharamkannya Daging Babi

Islam mengajarkan bahwa larangan memakan babi bukan semata-mata karena alasan kesehatan, tetapi lebih karena perintah langsung dari Allah SWT yang memiliki hikmah tertentu. Meski begitu, beberapa ulama dan peneliti telah menjelaskan beberapa alasan yang dapat dipahami manusia, seperti berikut:

1. Babi Tidak Bisa Disembelih Sesuai Syariat

Babi tidak memiliki leher seperti hewan ternak lainnya, sehingga tidak memungkinkan untuk disembelih sesuai dengan tata cara syariat Islam. Dalam Islam, penyembelihan harus dilakukan dengan memotong urat leher untuk memastikan proses yang manusiawi dan halal.

2. Sifat dan Kebiasaan Babi

Babi dikenal sebagai hewan yang memiliki kebiasaan makan yang rakus. Mereka akan memakan apa saja, termasuk kotoran dan bahkan muntahan mereka sendiri. Pola makan seperti ini dianggap menjijikkan dan tidak sesuai dengan prinsip kebersihan dalam Islam.

3. Kandungan Daging Babi

Penelitian modern menunjukkan bahwa daging babi dapat mengandung parasit seperti cacing pita (Taenia solium), yang berbahaya bagi tubuh manusia jika tidak dimasak dengan benar. Selain itu, babi memiliki kadar asam amino tertentu yang dianggap kurang baik untuk kesehatan manusia.

4. Kebersihan dan Kesehatan

Meskipun saat ini babi dapat dibudidayakan dengan lebih bersih, kebiasaan alamiah babi sebagai hewan pemakan segala (omnivora ekstrem) membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit. Ini menjadi salah satu alasan tambahan mengapa babi tetap diharamkan, meskipun faktor utama adalah perintah Allah SWT.

Hikmah di Balik Larangan

Islam mengajarkan bahwa setiap perintah dan larangan Allah SWT mengandung hikmah, baik yang telah diketahui manusia maupun yang belum dapat dipahami sepenuhnya. Larangan terhadap daging babi merupakan salah satu bentuk ujian ketaatan umat Muslim kepada aturan agama. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, ada kebijaksanaan ilahi di balik setiap hukum yang ditetapkan-Nya.

Kesimpulan

Larangan memakan daging babi dalam Islam merupakan perintah yang jelas dari Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran. Alasan utama daging babi haram bukan semata-mata terkait kesehatan atau kebersihan, tetapi lebih kepada ketaatan terhadap syariat. Meski begitu, terdapat beberapa alasan logis yang mendukung larangan ini, seperti kebiasaan buruk babi, risiko kesehatan, dan ketidakmampuan untuk menyembelihnya secara halal. Sebagai umat Muslim, menaati larangan ini merupakan bagian dari keimanan dan kepatuhan kepada Allah SWT.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *