Belum lama ini, dunia maya di Indonesia diguncang dengan sebuah insiden yang melibatkan pendakwah terkenal, Gus Miftah. Sebuah video yang memperlihatkan dirinya menyindir seorang pedagang es teh bernama Sunhaji, tiba-tiba menjadi viral. Video ini memicu beragam reaksi keras dari masyarakat, termasuk beberapa tokoh politik, hingga Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Reaksi publik pun sangat beragam, ada yang mendukung Gus Miftah, namun tak sedikit pula yang mengkritiknya keras.
Gus Miftah dan Gaya Dakwah yang Unik
Gus Miftah, yang dikenal dengan pendekatan dakwah yang berbeda dari pendakwah pada umumnya, selalu mengajak umat untuk lebih menerima perbedaan dan berbaur dengan semua kalangan. Dia seringkali berdakwah di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti di tempat hiburan malam atau acara-acara yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama oleh sebagian kalangan.
Namun, dengan cara yang tidak biasa ini, Gus Miftah memiliki banyak pengikut yang menganggapnya sebagai figur yang mampu membawa Islam yang lebih inklusif. Di satu sisi, cara Gus Miftah ini menginspirasi banyak orang untuk lebih toleran dan memahami sesama, tetapi di sisi lain, hal ini juga kerap menimbulkan kontroversi. Termasuk insiden yang baru-baru ini terjadi, yang melibatkan video dirinya yang memperlihatkan penghinaan terhadap seorang pedagang es teh.
Sebuah Video yang Viral
Video yang mengundang kontroversi ini menunjukkan Gus Miftah berbicara di depan banyak orang, sambil tertawa, menyinggung dan bahkan menghina seorang pedagang es teh yang sedang berada di dekatnya. Tak lama setelah video itu tersebar, banyak warganet yang merasa tersinggung. Mereka merasa Gus Miftah telah merendahkan profesi yang dianggap mulia oleh sebagian masyarakat, yaitu pedagang kecil yang menghidupi keluarganya dengan cara yang jujur.
Dalam video tersebut, Gus Miftah mengatakan sesuatu yang dianggap tidak pantas tentang seorang penjual teh, yang akhirnya membuat banyak orang marah. Bahkan, Presiden Prabowo Subianto ikut mengomentari kejadian ini dengan memberikan pernyataan keras. Bahkan, Gus Miftah pun terpaksa mengunjungi daerah tempat si penjual teh berada untuk meminta maaf secara langsung.
Reaksi Publik dan Reaksi Anwar Ibrahim
Reaksi terhadap video ini tidak hanya datang dari dalam negeri. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, pun ikut menyoroti insiden tersebut. Dalam sebuah acara di Kuala Lumpur, Anwar mengungkapkan bahwa ia merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Gus Miftah. Baginya, penghinaan terhadap penjual teh yang notabene adalah golongan termiskin, sangat tidak layak dilakukan oleh seorang yang mengaku paham agama.
“Kesombongan tidak hanya terjadi di kalangan orang yang tidak tahu agama, tetapi kadang terjadi pada mereka yang mengaku paham agama,” ujar Anwar. Anwar bahkan menyebut bahwa kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua orang, terutama mereka yang mengklaim dirinya sebagai pemuka agama. Di media sosial Malaysia, insiden ini mendapat banyak perhatian, dengan banyak yang mengecam perilaku Gus Miftah yang dianggap merendahkan martabat seseorang hanya karena profesinya.
Petisi dan Usulan Pencopotan
Seiring dengan semakin banyaknya reaksi keras terhadap insiden ini, muncul sebuah petisi yang meminta agar Gus Miftah dicopot dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Petisi tersebut sudah mendapatkan lebih dari 200 ribu tanda tangan, menunjukkan bahwa publik benar-benar merasa terganggu dengan tindakan Gus Miftah.
Namun, di sisi lain, ada juga pihak yang membela Gus Miftah. Mereka berpendapat bahwa apa yang dilakukan Gus Miftah adalah bagian dari cara dakwahnya yang berusaha membuka ruang bagi mereka yang selama ini terpinggirkan. Banyak orang yang menganggap bahwa Gus Miftah hanya berusaha bercanda, dan bahwa semua itu adalah bagian dari gaya dakwah yang memang kerap mengundang tawa.
Tanggapan Gus Miftah
Gus Miftah sendiri tidak tinggal diam. Setelah video tersebut menjadi viral dan mendapat banyak kritik, ia langsung memberikan klarifikasi. Dalam beberapa kesempatan, ia menjelaskan bahwa perkataan yang dianggap menghina tersebut bukan dimaksudkan untuk merendahkan si penjual es teh, tetapi hanya sebagai bagian dari lelucon dalam dakwahnya.
“Sebagai seorang pendakwah, saya memang terkadang menggunakan humor dalam berdakwah. Itu adalah cara saya untuk membuat dakwah lebih mudah diterima oleh masyarakat, terutama bagi mereka yang mungkin merasa jauh dari agama,” ujarnya. Gus Miftah juga meminta maaf kepada semua pihak yang merasa tersinggung, terutama kepada Sunhaji, si penjual teh, dan keluarganya.
Petisi untuk Pengampunan dan Dukungan terhadap Sunhaji
Di balik kontroversi ini, ada cerita lain yang menarik perhatian publik. Sunhaji, sang pedagang es teh yang dihina dalam video itu, menerima berbagai dukungan dari masyarakat. Beberapa pihak, termasuk organisasi kemasyarakatan seperti Banser, bahkan menawarkan keanggotaan kehormatan kepada Sunhaji. Hal ini dilakukan sebagai bentuk empati dan dukungan terhadapnya, serta sebagai upaya untuk memberikan penghormatan terhadap seseorang yang telah menunjukkan sikap bijaksana dengan memaafkan Gus Miftah.
Sunhaji pun mendapatkan tawaran untuk berangkat umrah sebagai bentuk dukungan moral dari masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kejadian tersebut menyakitkan, Sunhaji mampu bangkit dan menjadi simbol keteladanan dengan kemampuan untuk memaafkan.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Kontroversi Gus Miftah ini mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang batasan-batasan dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama bagi seseorang yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. Meskipun bertujuan untuk mendekatkan umat kepada agama, sebagai pemuka agama, seseorang juga harus berhati-hati dengan kata-kata dan perbuatannya agar tidak menyinggung atau merendahkan orang lain.
Di sisi lain, sikap Sunhaji yang memaafkan Gus Miftah juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mengedepankan nilai-nilai kemuliaan dalam beragama. Memaafkan adalah tindakan yang sangat dihargai dalam ajaran Islam, dan Sunhaji menjadi contoh yang baik bagi kita semua.
Kontroversi ini tidak hanya mencuatkan perdebatan soal dakwah, tetapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya adab dalam setiap tindakan, terutama ketika berbicara di hadapan publik. Gus Miftah, meski memiliki niat baik dalam berdakwah, juga harus lebih bijak dalam memilih kata-kata agar tidak melukai perasaan orang lain. Sementara itu, sikap Sunhaji yang lapang dada dan memaafkan Gus Miftah menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Semoga ke depan, kita bisa lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, serta tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang luhur.