Tidak ada orang yang berakal sehat yang akan memberikan keuntungan pada teroris tanpa keraguan. Mungkin kali ini para jihadis mengandalkan kesuksesan mereka, bukan? Jika tidak, Barat akan terus membom mereka hingga terlupakan. Hal ini seharusnya berjalan seperti biasanya. Kita pernah melihat film ini sebelumnya, “Prajurit Anti-Soviet Memimpin Pasukannya Menuju Perdamaian,” seperti yang ditulis oleh jurnalis Robert Fisk pada tahun 1993 di The Independent tentang Osama bin Laden, pendiri al-Qaeda dan mantan aset CIA yang melawan Soviet di Afghanistan.
Kini, para pemimpin al-Qaeda di Suriah mendapatkan perlakuan yang sama dari lembaga-lembaga Barat. Kelompok kudeta Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang lama dianggap teroris oleh Barat, kini mendapat dukungan dari Barat. Meskipun HTS sering melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius, seperti pelecehan, pembunuhan, penculikan, dan penyiksaan, serta melakukan tindakan teror seperti bom bunuh diri dan pemerasan.
Namun, Barat tampaknya lebih memilih HTS daripada Assad meskipun pemimpin HTS, Abu Mohammad al-Jolani, masih terdaftar sebagai buronan Washington dengan imbalan $10 juta dan berada di bawah sanksi senjata PBB sejak tahun 2013 karena melawan ISIS. HTS dianggap sebagai al-Qaeda di Suriah dan berusaha untuk membentuk pemerintahan Islam setelah menggulingkan Assad.
Media Barat mulai mempromosikan HTS sebagai sesuatu yang lebih moderat, padahal HTS tetap merupakan kelompok teroris yang kejam. Pemerintah Barat tampaknya lebih tertarik pada kudeta HTS daripada Assad, yang telah lama diabaikan oleh mereka. Meskipun PBB mengecam tindakan HTS, beberapa negara Barat justru mendukungnya karena dianggap lebih fleksibel daripada Assad.
Kesalahan dalam mendukung HTS sebagai penerus Assad dapat membawa dampak buruk bagi Suriah dan negara-negara Barat. Menteri luar negeri Barat seharusnya lebih berhati-hati dalam mendukung kelompok-kelompok teroris yang memiliki ideologi yang sama dengan al-Qaeda, yang bertanggung jawab atas serangan teroris pada 11 September 2001. Terutama ketika HTS terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
Masih ada waktu bagi negara-negara Barat untuk mempertimbangkan ulang dukungan mereka terhadap HTS dan memperhatikan konsekuensi dari tindakan mereka. Karena terorisme tidak dapat diatasi dengan mendukung kelompok teroris lainnya. Hal ini juga menunjukkan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang situasi politik dan konflik di Suriah sebelum mengambil keputusan.